Kamis, 22 Agustus 2013

ASRAMAKU, DUNIA BARUKU



ASRAMAKU, DUNIA BARUKU
Berawal dari tanggal 11 Juli 2013, aku memasuki dunia baru dalam hidupku. Dunia yang akan mendidik diriku menjadi seseorang yang hebat dan lebih baik lagi dari sebelumnya. Kedisiplinan, kebersamaan, dan berbagai hal yang akan mengajariku arti kemandirian akan aku dapatkan ditempat ini, yaitu ASRAMA yang akan menjadi rumah kedua untukku mulai saat ini hingga ± 3 tahun kedepan.
            Aku buka pintu mobilku, ku pijakkan kaki di sebuah halaman, halaman yang terasa asing bagiku, berjalan langkah demi langkah menuju sebuah pendopo aku pun bertemu dengan gadis cantik yang sebaya dengan diriku. “Hallo, nama kamu siapa?”, tanyakru. “Dinda”, jawabnya sambil tersenyum. (Seiring berjalan menuju koridor asrama).
            Setelah mengisi formulir pendaftaran asrama, aku berjalan memasuki sebuah kamar dengan nomor 1113. Kamar itu terlihat sangat kusam, debu menempel di setiap sudut ruangan kamar itu. Kamar yang akan menjadi tempatku beristirahat selama ± 6 bulan.
            “Hai, nama kamu siapa?”, tanyaku kepada seorang gadis manis berhidung mancung yang akan satu kamar denganku. “Nazilla, kamu siapa?”, katanya. “ Zulfah”, jawabku. Seiring aku dan Nazilla terus bergerak membersihkan meja belajar dan tempat tidur yang akan kami gunakan selama di asrama ini. Aku dan Nazilla terus berbincang-bincang hingga akhirnya aku ketahui bahwa daerah asalnya di Kabupaten Berau tidak begitu jauh dengan daerahku yakni Pulau Bunyu.  (Pintu kamar kembali kedatangan seorang gadis cantik tetapi bergaya tomboy). “Hallo, nama kamu siapa? Sendirian? Kamu dari daerah mana?”, kembali aku bertanya. “Kiki, enggak aku dengan Bapakku, aku dari Tanah Grogot”, jawabnya. “Oh, begitu”, kataku. Dan satu lagi, gadis cantik yang tak asing bagiku. “Dinda”, kataku dalam hati. Yah, itu gadis yang bertemu denganku di halaman tadi. Berkenalan satu dengan yang lainnya itu yang kami lakukan.
Waktu, sudah menunjukkan pukul 15.00. Masing-masing dari kami beristirahat sejenak. “Permisi?”, terdengar kata itu dari luar pintu kamar kami. “Ya, silahkan masuk” jawab seorang dari kami. (2 orang gadis mengenakan PDH masuk ke kamar kami). “Ade, nama kamu siapa?”, tanya seorang kakak kepadaku. “Saya Zulfah, Kak” jawabku. Kakak itu  kemudian bertanya lagi kepada “Dinda”. Dan Dindalah yang kakak itu cari. Yang akhirnya aku dan teman-teman ku ketahui kakak itu bernama “Kak Ira” yang akan menjadi kakak asuh sementara Dinda, temanku. Dan kakak yang satunya lagi biasa dipanggil dengan sebutan “Kak A.M” yang lagi menunggu seseorang yang tidak aku ketahui siapa. Satu persatu teman-temanku didatangi oleh kakak asuh mereka, hingga akhirnya giliranku yang didatangi seorang gadis yang  berpostur mungil, cantik, dan sangat ramah. “Hallo ade, kamu ranjang nomor 1?” tanyanya padaku. “Ia Kak, saya ranjang nomor 1”, aku menjawab pertanyaan. Setelah mendengar jawaban dariku, kakak yang cantik itu bertanya siapa namaku dan berasal dari SMP mana. Aku berbincang-bincang dengan kakak itu, dan ku ketahui bahwa dia yang akan menjadi kakak asuh sementara untukku. Banyak hal yang kakak cantik itu beritahukan kepadaku mengenai peraturan-peraturan yang ada di asrama ini. Sedari tadi kami berbincang aku belum mengetahui namanya siapa. Aku bertanya, “Nama kakak siapa?”. Kakak itu tersenyum dan menjawab “Nama saya Diah Ayu Sekarputri,de. Kamu bisa panggil saya Kak Tria”.
            TENG, TENG, TENG, TENGGGGGG ! Bunyi lonceng pun terdengar. Siswi-siswi asrama keluar kamar dengan menggunakan mukena lengkap dan berjalan menuju koridor asrama 1 untuk mengambil ta’jil di ruangan pengasuhan bagi yang beragama muslim yang selanjutnya berbaris di halaman apel. Absensi pun dilaksanakan. Aku dan teman-teman berjalan bersama-sama menuju Masjid Qiwamul Ummah untuk menunggu waktu berbuka puasa tiba.
            Setelah melaksanakan sholat maghrib, aku kembali ke asrama dengan siswi-siswi yang lainnya. Dengan segera aku berganti pakaian untuk melaksanakan makan malam. Makan malam perdana itu adalah makan malam yang menegangkan selama hidupku. Akhirnya makan malam pun selesai, aku kembali ke asrama dan beregegas menuju masjid untuk melaksanakan sholat isya dan dilanjutkan sholat tarawih.
            TENG, TENG, TEENNGGGGG! kembali suara lonceng itu berbunyi. “ayo teman-teman”, kataku sambil keluar dari kamar. Saat tiba di halaman apel aku duduk di pinggiran halaman menunggu apel malam dilaksanakan. Setelah menunggu beberapa menit, apel malam pun dimulai, rasa ded-degan mulai menghampiri diriku, terlebih disaat kakak kelas XII menyampaikan perhatian-perhatian dari pengasuhannya. Apel malam pun selesai dan rasa deg-degan itu segera pergi dari diriku.
           
Malam semakin larut, aku terbaring di ranjangku. Ku tatap langit-langit kamarku saat itu. Kerinduan akan keluarga saat itu terasa  begitu besar. Menetes air mata dipipiku. Kedua orang tuaku, Kakak dan Adikku mengisi pikiranku malam itu. Hingga tanpa aku sadari, aku tertidur dengan lelapnya.
            KRRIINGGG, KRIINGG, KRRIING…! Alarm dikamar berbunyi. Aku terbangun dan ku sadari saat itu waktu menunjukkan pukul 02.00 WITA. Segera aku ke kamar mandi untuk mandi membersihkan diriku. Setelah selesai membersihkan diri, aku  bersiap-siap sembari menunggu lonceng makan sahur dibunyikan. Tepat pukul 02.30 makan sahur dilaksanakan. Makan sahur  saat itu aku lalui dengan bahagia, karena tak melakukan kesalahan. Makan sahur selesai, siswi-siswi asrama kembali ke kamar masing-masing. Tak dapat lagi ku pejamkan mataku ini untuk menunggu lonceng sholat subuh dibunyikan. Al-Quran lah pilihanku. Ku buka dan ku baca ayat-ayat sucinya untuk menemaniku saat dini hari itu. Tepat pukul 04.30 lonceng sholat subuh terdengar olehku, segera aku dan teman-teman keluar kamar untuk mengambil air wudhu dan dilanjutkan menuju halaman apel untuk absensi. Setelah absensi selesai aku dan seluruh siswi menuju ke Masjid Qiwamul Ummah untuk  melaksanakan sholat subuh berjamaah. Setelah sholat subuh selesai aku dan siswi lainnya kembali ke asrama dan bersiap-siap untuk ke sekolah.
            “Yah, hidup seperti inilah yang harus aku jalani mulai saat ini  demi masa depanku kelak”, ujarku dalam hati. Sepulang sekolah, aku segera pergi ke masjid untuk melaksanakan  sholat zuhur. Setelah sholat, aku kembali ke asrama dan membaca buku. Azan sholat ashar pun berkumandang, aku segera mengambil air wudhu dan dilanjutkan dengan sholat.
            Bel pun kembali berbunyi, aktivitas malam kembali aku harus jalani. “inilah kegiatanku setiap hari, beribadah, belajar, dan menjalankan aktivitas lainnya. Setiap hari”. Ujarku dalam hati. Terkecuali di hari Minggu, saatnya aku untuk mengistirahatkan tubuhku dari kegiatan yang aku jalani setiap hari. Namun, di hari Minggu ini juga diadakan yang namanya kurve tambahan, aku dan teman-teman di asrama mendapat tugas untuk membersihkan  kamar mandi, koridor, kamar, dan balkon secara bersama-sama.
            Hari-hari telah aku dan teman-teman lewati dengan berbagai kegiatan. Senang, sedih, kita lewati bersama. Walaupun, tak dapat dipungkiri perdebatan kecil sering terjadi terhadap kami. Namun, dengan adanya permasalahn  itulah aku dan teman-teman lebih merasakan arti  persahabatan, kasih sayang terhadap sesama, dan mengerti arti kehidupan tanpa adanya orang tua yang menemani.
            Kakak tingkat yang berada satu asrama denganku dan teman-teman banyak memberi kami pelajaran mengenai kedisiplinan, sopan santun, terhadap seseorang yang lebih tua daripada kami.
            Aku sangat bahagia di asrama ini, walaupun pada awalnya berat untuk menjalaninya, tetapi seiring berjalannya waktu akupun sangat menikmatinya. Yah, inilah asrama, rumah baruku, dan menjadi dunia baru dalam hidupku.
           
           
           
           
            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar