ASRAMAKU, DUNIA BARUKU
Berawal dari tanggal 11 Juli 2013, aku memasuki
dunia baru dalam hidupku. Dunia yang akan mendidik diriku menjadi seseorang
yang hebat dan lebih baik lagi dari sebelumnya. Kedisiplinan, kebersamaan, dan
berbagai hal yang akan mengajariku arti kemandirian akan aku dapatkan ditempat
ini, yaitu ASRAMA yang akan menjadi rumah kedua untukku mulai saat ini hingga ±
3 tahun kedepan.
Aku buka pintu mobilku, ku pijakkan
kaki di sebuah halaman, halaman yang terasa asing bagiku, berjalan langkah demi
langkah menuju sebuah pendopo aku pun bertemu dengan gadis cantik yang sebaya
dengan diriku. “Hallo, nama kamu siapa?”, tanyakru. “Dinda”, jawabnya sambil
tersenyum. (Seiring berjalan menuju koridor asrama).
Setelah mengisi formulir pendaftaran
asrama, aku berjalan memasuki sebuah kamar dengan nomor 1113. Kamar itu
terlihat sangat kusam, debu menempel di setiap sudut ruangan kamar itu. Kamar
yang akan menjadi tempatku beristirahat selama ± 6 bulan.
“Hai, nama kamu siapa?”, tanyaku
kepada seorang gadis manis berhidung mancung yang akan satu kamar denganku.
“Nazilla, kamu siapa?”, katanya. “ Zulfah”, jawabku. Seiring aku dan Nazilla
terus bergerak membersihkan meja belajar dan tempat tidur yang akan kami
gunakan selama di asrama ini. Aku dan Nazilla terus berbincang-bincang hingga
akhirnya aku ketahui bahwa daerah asalnya di Kabupaten Berau tidak begitu jauh
dengan daerahku yakni Pulau Bunyu.
(Pintu kamar kembali kedatangan seorang gadis cantik tetapi bergaya tomboy). “Hallo, nama kamu siapa? Sendirian?
Kamu dari daerah mana?”, kembali aku bertanya. “Kiki, enggak aku dengan Bapakku, aku dari Tanah Grogot”, jawabnya. “Oh,
begitu”, kataku. Dan satu lagi, gadis cantik yang tak asing bagiku. “Dinda”,
kataku dalam hati. Yah, itu gadis
yang bertemu denganku di halaman tadi. Berkenalan satu dengan yang lainnya itu
yang kami lakukan.
Waktu,
sudah menunjukkan pukul 15.00. Masing-masing dari kami beristirahat sejenak.
“Permisi?”, terdengar kata itu dari luar pintu kamar kami. “Ya, silahkan masuk”
jawab seorang dari kami. (2 orang gadis mengenakan PDH masuk ke kamar kami).
“Ade, nama kamu siapa?”, tanya seorang kakak kepadaku. “Saya Zulfah, Kak”
jawabku. Kakak itu kemudian bertanya
lagi kepada “Dinda”. Dan Dindalah yang kakak itu cari. Yang akhirnya aku dan
teman-teman ku ketahui kakak itu bernama “Kak Ira” yang akan menjadi kakak asuh
sementara Dinda, temanku. Dan kakak yang satunya lagi biasa dipanggil dengan
sebutan “Kak A.M” yang lagi menunggu seseorang yang tidak aku ketahui siapa.
Satu persatu teman-temanku didatangi oleh kakak asuh mereka, hingga akhirnya
giliranku yang didatangi seorang gadis yang
berpostur mungil, cantik, dan
sangat ramah. “Hallo ade, kamu ranjang nomor 1?” tanyanya padaku. “Ia Kak, saya
ranjang nomor 1”, aku menjawab pertanyaan. Setelah mendengar jawaban dariku,
kakak yang cantik itu bertanya siapa namaku dan berasal dari SMP mana. Aku
berbincang-bincang dengan kakak itu, dan ku ketahui bahwa dia yang akan menjadi
kakak asuh sementara untukku. Banyak hal yang kakak cantik itu beritahukan
kepadaku mengenai peraturan-peraturan yang ada di asrama ini. Sedari tadi kami
berbincang aku belum mengetahui namanya siapa. Aku bertanya, “Nama kakak
siapa?”. Kakak itu tersenyum dan menjawab “Nama saya Diah Ayu Sekarputri,de.
Kamu bisa panggil saya Kak Tria”.
TENG,
TENG, TENG, TENGGGGGG ! Bunyi lonceng pun terdengar. Siswi-siswi asrama
keluar kamar dengan menggunakan mukena lengkap dan berjalan menuju koridor
asrama 1 untuk mengambil ta’jil di
ruangan pengasuhan bagi yang beragama muslim yang selanjutnya berbaris di
halaman apel. Absensi pun dilaksanakan. Aku dan teman-teman berjalan
bersama-sama menuju Masjid Qiwamul Ummah untuk menunggu waktu berbuka puasa
tiba.
Setelah melaksanakan sholat maghrib,
aku kembali ke asrama dengan siswi-siswi yang lainnya. Dengan segera aku berganti
pakaian untuk melaksanakan makan malam. Makan malam perdana itu adalah makan
malam yang menegangkan selama hidupku. Akhirnya makan malam pun selesai, aku kembali
ke asrama dan beregegas menuju masjid untuk melaksanakan sholat isya dan
dilanjutkan sholat tarawih.
TENG, TENG, TEENNGGGGG! kembali
suara lonceng itu berbunyi. “ayo teman-teman”, kataku sambil keluar dari kamar.
Saat tiba di halaman apel aku duduk di pinggiran halaman menunggu apel malam
dilaksanakan. Setelah menunggu beberapa menit, apel malam pun dimulai, rasa ded-degan mulai menghampiri diriku,
terlebih disaat kakak kelas XII menyampaikan perhatian-perhatian dari
pengasuhannya. Apel malam pun selesai dan rasa deg-degan itu segera pergi dari diriku.
Malam semakin larut, aku terbaring di ranjangku. Ku
tatap langit-langit kamarku saat itu. Kerinduan akan keluarga saat itu
terasa begitu besar. Menetes air mata
dipipiku. Kedua orang tuaku, Kakak dan Adikku mengisi pikiranku malam itu. Hingga
tanpa aku sadari, aku tertidur dengan lelapnya.
KRRIINGGG, KRIINGG, KRRIING…! Alarm
dikamar berbunyi. Aku terbangun dan ku sadari saat itu waktu menunjukkan pukul
02.00 WITA. Segera aku ke kamar mandi untuk mandi membersihkan diriku. Setelah
selesai membersihkan diri,
aku bersiap-siap sembari menunggu
lonceng makan sahur dibunyikan. Tepat pukul 02.30 makan sahur dilaksanakan.
Makan sahur saat itu aku lalui dengan
bahagia, karena tak melakukan kesalahan. Makan sahur selesai, siswi-siswi
asrama kembali ke kamar masing-masing. Tak dapat lagi ku pejamkan mataku ini
untuk menunggu lonceng sholat subuh dibunyikan. Al-Quran lah pilihanku. Ku buka
dan ku baca ayat-ayat sucinya untuk menemaniku saat dini hari itu. Tepat pukul
04.30 lonceng sholat subuh terdengar olehku, segera aku dan teman-teman keluar
kamar untuk mengambil air wudhu dan dilanjutkan menuju halaman apel untuk
absensi. Setelah absensi selesai aku dan seluruh siswi menuju ke Masjid Qiwamul
Ummah untuk melaksanakan sholat subuh
berjamaah. Setelah sholat subuh selesai aku dan siswi lainnya kembali ke asrama
dan bersiap-siap untuk ke sekolah.
“Yah, hidup seperti inilah yang
harus aku jalani mulai saat ini demi
masa depanku kelak”, ujarku dalam hati. Sepulang sekolah, aku segera pergi ke
masjid untuk melaksanakan sholat zuhur.
Setelah sholat, aku kembali ke asrama dan membaca buku. Azan sholat ashar pun berkumandang, aku
segera mengambil air wudhu dan dilanjutkan dengan sholat.
Bel pun kembali berbunyi, aktivitas malam kembali aku
harus jalani. “inilah kegiatanku setiap hari, beribadah, belajar, dan
menjalankan aktivitas
lainnya. Setiap hari”. Ujarku dalam hati. Terkecuali di hari Minggu, saatnya
aku untuk mengistirahatkan tubuhku dari kegiatan yang aku jalani setiap hari.
Namun, di hari Minggu ini juga diadakan yang namanya kurve tambahan, aku dan
teman-teman di asrama mendapat tugas untuk membersihkan kamar mandi, koridor, kamar, dan balkon
secara bersama-sama.
Hari-hari telah aku dan teman-teman
lewati dengan berbagai kegiatan. Senang, sedih, kita lewati bersama. Walaupun,
tak dapat dipungkiri perdebatan kecil sering terjadi terhadap kami. Namun,
dengan adanya permasalahn itulah aku dan
teman-teman lebih merasakan arti
persahabatan, kasih sayang terhadap sesama, dan mengerti arti kehidupan
tanpa adanya orang tua yang menemani.
Kakak tingkat yang berada satu
asrama denganku dan teman-teman banyak memberi kami pelajaran mengenai
kedisiplinan, sopan santun, terhadap seseorang yang lebih tua daripada kami.
Aku sangat bahagia di asrama ini,
walaupun pada awalnya berat untuk
menjalaninya, tetapi seiring berjalannya waktu akupun sangat menikmatinya. Yah,
inilah asrama, rumah baruku, dan menjadi dunia baru dalam hidupku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar