MEMANFAATKAN KEKAYAAN
ALAM SEKITAR DALAM UPAYA PENCEGAHAN KERUSAKAN PADA TANAMAN
Indonesia, adalah suatu negara yang
memiliki berbagai macam kekayaan alam yang terkandung didalamnya. Kekayaan alam
itu tersebar di beberapa pulau dari sabang sampai merauke. Memiliki kekayaan
alam, bukan berarti selalu menimbulkan dampak positif saja terhadap
lingkungannya. Tetapi, terkadang kelimpahan itu membuat manusia rakus akan
hasil materil yang akan dihasilkan dari pengolahan kekayaan alam tersebut.
Bahkan ada yang rela melakukan hal yang kurang baik untuk memperolehnya.
Namun, dibalik itu semua, perlu kita
ketahui bahwa kekayaan alam di Nusantara tercinta ini, khususnya tumbuhan
merupakan kekayaan alam yang sangat mudah mengalami kerusakan. Kerusakan itu
baik karena perbuatan manusia ataupun karena lingkungannya.
Nah, untuk mencegah hal itu ada
beberapa hal yang perlu kita pahami mengenai manfaat alam yang ada di sekitar
kita. Tentunya dalam konteks pembahasan kali ini, penulis akan memberikan
pembahasan tentang bagaimana caranya memanfaatkan kekayaan alam disekitar dalam
upaya pencegahan kerusakan pada tanaman ini yaitu dengan memanfaatkan pestisida
alami dalam pemusnahan hama yang dapat merusak tanaman.
Sebenarnya hal yang perlu kita ketahui
adalah definisi dari pesisisda. Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain
serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama.
Yang dimaksud hama di sini adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan
pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan
virus, kemudian nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis),
siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan.
Tergantung dari sasarannya,
pestisida dapat berupa:
·
insektisida (serangga)
·
fungisida (fungi/jamur)
·
rodensida (hewan pengerat/Rodentia)
·
herbisida (gulma)
·
akarisida (tungau)
·
bakterisida (bakteri)
·
larvasida (larva)
Dan yang perlu kita ketahui bahwa
penggunaan pestisida tanpa mengikuti aturan yang diberikan membahayakan kesehatan
manusia dan lingkungan, serta juga dapat merusak ekosistem. Oleh karena itu,
adalah hal yang bijak jika kita melakukan usaha pencegahan sebelum pencemaran
dan keracunan pestisida mengenai diri kita atau makhluk yang berguna lainnya.
Adapun beberapa cara agar kita tidak
melakukan kesalahan dalam proses pencegahan tersebut, diantaranya adalah:
·
Ikuti petunjuk-petunjuk mengenai aturan
pakai dan dosis yang dianjurkan pabrik atau petugas penyuluh.
·
Jangan terlalu tergesa-gesa menggunakan
pestisida. Tanyakan terlebih dahulu pada penyuluh.
·
Jangan telat memberantas hama, bila
penyuluh telah menganjurkan menggunakannya.
·
Jangan salah pakai pestisida. Lihat
faktor lainnya seperti jenis hama dan kadang-kadang usia tanaman juga
diperhatikan.
·
Gunakan tempat khusus untuk pelarutan
pestisida dan jangan sampai tercecer.
Hal ini dimaksudkan agar kita
memahami dan mengetahui tujuan dari penggunaan pestisida tersebut agar tidak
menimbulkan kerusakan pada tanaman saat penggunaannya.
Seperti yang kita ketahui, bahwa pestisida itu ada yang
diolah secara instan dan ada pula yang pengolahannya secara alami. Yang dimana
pestisida alami ini merupakan pestisida yang dapat kita olah dari ekstrak
tumbuhan lainnya ataupun dari hama tumbuhan itu sendiri.
Dapat kita ambil contoh serangga,
terkadang beberapa tanaman sering dikerumuni oleh serangga yang dapat
mengganggu proses fotosintesis yang sedang berlangsung pada tanaman tersebut. Tetapi,
tahukah kita bahwa serangga tersebu dapat dijadikan pestisida alami untuk mengusir
hama serangga itu sendiri.
Inilah beberapa tahapan pembuatan pestisda
alami yang menggunakan serangga sebagai bahan dasar pembuatannya.
·
Ambillah segenggam hama serangga yang
makan tanaman.
·
Tumbuk dan aduk dalam seember kecil air.
Biarkan selama 2 hari. Saring cairan tersebut dan semprotkan ke tanaman yang
rusak.
·
Bekas-bekas tubuh serangga dapat
dimasukkan di wadah dan diletakkan mengitari tanaman-tanaman.
Hama
yang sama seperti hama dalam semprotan itu akan menghindari cairan tersebut.
Aroma tersebut akan terus menolak hama. Semprotan tersebut efektif untuk
cacing, ulat bulu, keong, siput dan berbagai hama kecil, namun kurang efektif
untuk belalang.
Pestisida
alami diatas merupakan salah satu contoh langkah efektif untuk melakukan
pencegahan kerusakan tanaman tanpa menggunakan pestisida sintetis yang dapat
merusak tanaman itu sendiri.
Namun, perlu diketahui, selain
pestisida aalami seperti contoh diatas, adapun pestisida nabati yang dimana
pestisida nabati adalah ramuan alami pembasmi hama yang bahan-bahan aktifnya
berasal dari alam seperti ekstrak tanaman tertentu yang sudah diketahui efek
positifnya dalam membasmi hama tertentu. Pestisida nabati mulai diminati oleh
petani, mengingat semakin tingginya harga pestisida kimiawi. Serta pestisida
alami merupakan solusi terbaik untuk membasmi hama secara mudah dan murah.
Selain karena harganya murah, pestisida alami juga aman bagi keselamatan
lingkungan (ekosistem). Ramuan pestisida nabati bisa dibuat sendiri oleh petani
dengan teknologi yang sangat sederhana. Sangat memungkinkan untuk dikerjakan
secara perorangan, kelompok ataupun dalam skala usaha tertentu.
Dalam mengolah pestisida nabati
adapun beberapa teknik yang digunakan dalam pembuatannya yang dianataranhya
adalah dengan teknik merendam, mengekstrak dan ataupun merebus bagian tertentu
dari tanaman yang memiliki efek mengusir hama.
Adapun kelebihan dan kelemahan serta
prinsip kerja yang dihasilkan oleh pestisida nabati, yaitu diantaranya
adalah:
·
Teknologi pembuatannya lebih mudah dan
murah, sehingga memungkinkan untuk dibuat sendiri dalam skala rumah tangga.
·
Pestisida nabati tidak menimbulkan efek
negatif bagi lingkungan maupun terhadap makhluk hidup, sehingga, relatif aman
untuk digunakan.
·
Tidak beresiko menimbulkan keracunan
pada tanaman, sehingga, tanaman yang diaplikasikan pestisida nabati jauh lebih
sehat dan aman dari pencemaran zat kimia berbahaya.
·
Tidak menimbulkan resistensi (kekebalan)
pada hama. Dalam artian pestisida nabati aman bagi keseimbangan ekosistem.
·
Hasil petanian yang dihasilkan lebih
sehat serta terbebas dari residu pestisida kimiawi.
Jikalahu diatas merupakan kelebihan
dari penggunaan pestisida nabati, berikut adalah kelemahan dari penggunaan
pestisida nabati, yaitu:
·
Daya kerja pestisida nabati lebih
lambat, tidak bisa terlihat dalam jangka waktu yang cepat.
·
Pada umumnya tidak membunuh langsung
hama sasaran, akan tetapi hanya bersifat mengusir dan menyebabkan hama menjadi
tidak berminat mendekati tanaman budidaya.
·
Mudah rusak dan tidak tahan terhadap
sinar matahari.
·
Daya simpan relatif pendek, artinya
pestisida nabati harus segera digunakan setelah proses produksi. Hal ini
menjadi hambatan tersendiri bagi petani untuk mendapatkan pestisida nabati
instan ataupun untuk memproduksi pestisida nabati untuk tujuan komersil.
·
Perlu dilakukan penyemprotan yang
berulang-ulang. Hal ini dari sisi ekonomi tentu saja tidak efektif dan efisien.
Dalam penggunaannya juga pestisida
nabati memiliki prinsip kerja, yaitu:
·
Dalam mengendalikan hama dan penyakit
tanaman, pestisida nabati menjalankan prinsip kerja yang unik dan spesifik.
Prinsip kerja pestisida nabati ada tiga yaitu menghambat, merusak dan menolak.
Hal ini akan tampak pada cara kerja pestisida nabati dalam melindungi tanaman
dari gangguan hama dan penyakit.
Setelah
mengetahui gambaran secara umum mengenai pestisida, adapun yang perlu kita
ketahui yaitu, tumbuhan apa saja yang dapat digunakan sebagai bahan pestisida
nabati ini dan bagian apa yang digunakan dari tumbuhan tersebut untuk
dimanfaatkan menjadi pestisida nabati, serta apa kegunaannya.
Sebelumnya
kita juga perlu mengetahui tumbuhan apaa yang dapat digunakann sebagai bahan
pestisida nabati atau yang tidak dapat digunakan sebagai bahan pestisida
nabati, yaitu:
Koleksi tumbuhan yang mengandung
bahan bioaktif (refelen, atrraktan atau berdaya racun) telah dilakukan di
Kalimantan Selatan dan Tengah. Hasil koleksi terdiri dari golongan rumput, teki
dan berdaun lebar serta tanaman tahunan. Sebagian nama-nama tumbuhan yang
dikoleksi belum diketahui bahasa umumnya (Bahasa Indonesia), sehingga masih
menggunakan bahasa daerah setempat, terutama bahasa banjar dan dayak.
Jenis tumbuhan yang berpotensi
sebagai pestisida nabati/ pestisida organik di Kalimantan Selatan dan Tengah
(sumber :Asikin et al. (2002) dalam M.Thamrin, S. Asikin, Mukhlis dan
A.Budiman, POTENSI EKSTRAK FLORA LAHAN RAWA SEBAGAI PESTISIDA NABATI, Balai
Penelitian Pertanian Lahan Rawa)
No
|
Jenis
tumbuhan
|
Bagian
Tumbuhan
|
Keterangan/kegunaan
|
01
|
Pati
ulat
|
Daun
|
Pengawet
ikan
|
02
|
Kalang
kala
|
Daun,
biji
|
Obat
kulit
|
03
|
Karatau
|
Daun
|
Obat
disentri
|
04
|
Risi
|
Daun,
bunga
|
Rasa
gatal pada kulit
|
05
|
Timbarau
|
Daun
|
Obat
kejang-kejang
|
06
|
Kayu
mahar
|
Daun
|
Tidak
terserang hama
|
07
|
Hambin
|
buah
Seluruh bagian
|
Obat
ginjal
|
08
|
Jalukap
|
Daun
|
Obat
kulit
|
09
|
Sulur
daging
|
Daun
|
Obat
luka
|
10
|
Gagali
|
Daun,
umbi
|
Obat
sakit perut
|
11
|
Cambai
karuk
|
Daun
|
Obat
sakit perut
|
12
|
Raja
binalu
|
Seluruh
bagian
|
Obat
hipertensi
|
13
|
Dadap
|
Daun
|
Obat
infeksi
|
14
|
Tabat
Barito
|
Daun
|
Bahan
jamu (kebugaran)
|
15
|
Bangkal
|
Daun
|
Bahan
kosmetik (bedak)
|
16
|
Sapang
|
Kulit
batang
|
Obat
hipertensi
|
17
|
Mamali
habang
|
Daun
|
Obat
penenang
|
18
|
Mamali
putih
|
Daun
|
Obat
penenang
|
19
|
Jambu
hutan
|
Daun,
akar
|
Obat
ginjal
|
20
|
Sungkai
|
Daun
|
Bahan
pengawet
|
21
|
Balangkasua
putih
|
Daun
|
Bahan
kosmetik (perbersih kulit)
|
22
|
Balangkasua
habang
|
Daun
|
Bahan
kosmetik (perbersih kulit)
|
23
|
Kayu
sapat
|
Daun
|
Obat
sakit perut
|
24
|
Jalatang
tulang
|
Daun
|
Berakibat
gatal pada kulit
|
25
|
Kakantutan
|
Daun
|
Obat
sakit perut
|
26
|
Tampurikak
|
Buah
|
Penyubur
rambut
|
27
|
Tatasbihan
habang
|
Daun
|
Bau
menyengat
|
28
|
Sintuk
|
Daun
|
Kebugaran
tubuh
|
29
|
Sambung
nyawa
|
Daun
|
Obat
penyakit dalam
|
30
|
Tatunjuk
langit
|
Daun
|
Obat
hipertensi
|
31
|
Sulitulang
|
Seluruh
bagian
|
Obat
sakit perut
|
32
|
Putat
|
Daun
|
Obat
kulit (gatal)
|
33
|
Kujajing
biji
|
Daun,
buah
|
Obat
kanker
|
34
|
Rengas
|
Daun
|
Berakibat
gatal pada kulit
|
35
|
Simpur
|
Daun
|
Obat
mata
|
36
|
Bawang
nyaring
|
Daun
|
Obat
perut
|
37
|
Sawangkak
|
Daun
|
Obat
kanker
|
38
|
Bakung
rawa
|
Daun,
umbi
|
Obat
tidur
|
39
|
Lakum
|
Daun
|
Obat
kulit (gatal)
|
40
|
Jajangkit
|
Daun,
batang
|
Obat
kulit (gatal)
|
41
|
Patah
kajang
|
Daun
|
Obat
nyamuk
|
42
|
Kujajing
laki
|
Daun,
buah
|
Obat
kanker
|
43
|
Pinang
habang
|
Akar
|
Obat
ginjal
|
44
|
Papulut
|
Daun
|
Obat
batuk
|
45
|
Rumbia
habang
|
Daun
|
Obat
sakit perut
|
46
|
Kambat
|
Daun
|
Bau
menyengat
|
47
|
Kayu
rahwana
|
Seluruh
bagian
|
Bahan
jamu (kebugaran)
|
48
|
Cawat
hanoman
|
Akar
|
Bahan
jamu (kebugaran)
|
49
|
Kayu
rawali
|
Kulit
batang
|
Bau
wangi
|
50
|
Daun
kancing
|
Daun
|
Obat
sakit gigi
|
51
|
Andarasung
|
Daun
|
Penyubur
rambut
|
52
|
Keladi
rawa D
|
aun,
umbi
|
Berakibat
gatal pada kulit
|
53
|
Bakung
hias
|
Daun,
umbi
|
Bau
menyengat
|
54
|
Binjai
|
Kulit
batang
|
Berakibat
gatal pada kulit
|
55
|
Kasumbawati
|
Daun
|
Obat
hipertensi
|
56
|
Akar
kuning
|
Akar
|
Obat
hipatetis
|
57
|
Dadangkak
|
Daun
|
Berakibat
gatal pada kulit
|
58
|
Kakamalan
|
Daun
|
Bau
menyengat
|
59
|
Tatintahan
|
Akar
|
Obat
sakit pinggang
|
60
|
Kayu
halaban
|
Akar
|
Obat
ginjal
|
61
|
Kayu
ilatung
|
Daun,
kulit batang
|
Bau
menyengat
|
62
|
Mundar
|
Daun,
kulit batang
|
Berakibat
iritasi pada kulit
|
63
|
Pohon
mercon
|
Daun,
bunga
|
Pengusir
nyamuk
|
64
|
Kemuning
|
Daun,
bunga
|
Bau
wangi
|
65
|
Bangkinang
|
Daun,
akar, buah
|
Rasa
sepat
|
66
|
Kuranji
|
Daun,
akar, buah
|
Rasa
sangat kecut
|
67
|
Sangkuang
|
Semua
bagian
|
Rasa
sangat kecut
|
68
|
Bambu
kuning
|
Rebung
|
Obat
kanker
|
69
|
Hambawang
|
Getah
|
Berakibat
iritasi pada kulit
|
70
|
Kambang
tatawa
|
Bonggol
|
Obat
kanker payudara
|
71
|
Bagang
|
Umbi
|
Berakibat
gatal pada kulit
|
72
|
Panggang
|
Daun
|
Tidak
diserang hama
|
73
|
Ciplokan
|
Buah
dan daun
|
Obat
hipertensi
|
74
|
Simakau
|
Daun
Bahan
|
kosmetik
(bedak)
|
75
|
Mata-mata
|
Buah
|
Kebugaran
wanita
|
76
|
Pinang
sindawar
|
Akar
|
Obat
ginjal
|
77
|
Usar
|
Akar
dan daun
|
Bahan
pewangi
|
78
|
Timbaran
|
Kulit
|
Bahan
pewarna
|
79
|
Tawar
|
Daun
|
Pengusir
Wereng hijau
|
80
|
Gulinggang
|
Daun
|
Obat
kulit
|
81
|
Kacang
parang
|
Biji
|
Digunakan
sebagai Insektisida
|
82
|
Kembang
pukul 4
|
Daun
|
Digunakan
sebagai Insektisida
|
83
|
Jalatang
nyiru
|
Daun
|
Berakibat
gatal pada kulit
|
84
|
Kalalayu
|
Daun
|
Tidak
terserang hama
|
85
|
Kapayang
|
Seluruh
tanaman
|
Digunakan
sebagai Insektisida
|
86
|
Jingah
|
Daun
|
Berakibat
gatal pada kulit
|
87
|
Galam
|
Daun
|
Bau
menyengat
|
88
|
Lukut
|
Daun
|
Tidak
terserang hama
|
89
|
Lua
|
Daun
|
Tidak
terserang hama
|
90
|
Kuringkit
|
Daun
|
Bahan
kosmetik (bedak)
|
91
|
Kumandrah
|
Daun/Buah
|
Obat
sakit perut
|
92
|
Maya
|
Seluruh
tanaman
|
Berakibat
gatal pada kulit
|
93
|
Sapang
|
Kulit
dan daun
|
Obat
hipertensi
|
94
|
Rumput
minjangan
|
Daun
|
Obat
luka
|
95
|
Gambir
|
Kulit/daun
|
Pengusir
nyamuk
|
96
|
Sirsak
|
Daun
|
Digunakan
sebagai Insektisida
|
97
|
Maritam
|
Kulit
|
Digunakan
sbg Rodentisida
|
98
|
Pepaya
hutan
|
Daun
|
Digunakan
sbg Insektisida
|
99
|
Suli
bulan
|
Daun
|
Obat
penyakit dalam
|
100
|
Kacubung
|
Daun
|
Obat
penyakit dalam
|
101
|
Sarigading
|
Daun
|
Bahan
jamu (kebugaran)
|
102
|
Karamunting
jawa
|
Daun
|
Obat
kulit
|
103
|
Purun
tikus
|
Seluruh
bagian
|
Attraktan
bagi penggerek batang
|
104
|
Prupuk
|
Seluruh
bagian
|
Attraktan
bagi penggerek batang
|
105
|
Bundung
|
Seluruh
bagian
|
Attraktan
bagi penggerek batang
|
106
|
Jambu
biji
|
Daun
|
Obat
diare
|
107
|
Lengkuas
|
Rimpang
|
Bahan
jamu
|
108
|
Lada
|
Daun
|
Bahan
rempah
|
109
|
Kalanpan
|
Buah
|
Tidak
terserang hama
|
110
|
Bawang
nyaring kuning
|
Daun
|
Obat
penyakit dalam
|
111
|
Kalabuau
|
Daun
|
Berakibat
iritasi kulit
|
112
|
Gadung
|
Umbi
|
Digunakan
sbg Insektisida
|
113
|
Tuba
|
Akar
|
Digunakan
sbg Insektisida
|
114
|
Kacang
parang habang
|
Buah
|
Digunakan
sbg Insektisida
|
115
|
Kapuk
|
Batang
|
Digunakan
sbg Rodentisida
|
116
|
Kelapa
|
Air
|
Digunakan
sbg Insektisida
|
117
|
Jeruk
Bali
|
Kulit
|
Digunakan
sbg Insektisida
|
118
|
Langgundi
|
Daun
|
Pengusir
nyamuk
|
119
|
Jengkol
|
Daun
|
Digunakan
sbg rodentisida
|
120
|
Kedondong
|
Daun
|
Tidak
diserang hama
|
121
|
Sungkai
|
Daun
|
Bahan
permentasi
|
122
|
Mengkudu
|
Daun
|
Obat
hipertensi
|
Kemudian terdapat pula beberapa
contoh pestisida alami/nabati yang dapat kita manfaatkan dalam pencegahan
kerusakaan pada tanaman, sebagai berikut:
SEMPROTAN
NIMBA
Tanaman
ini dapat dipakai untuk semprotan insektisida alami yang aman dan efektif.
Nimba dapat dipakai pada hampir semua serangga, termasuk nyamuk. Terkadang
memerlukan waktu beberapa minggu untuk menunggu efeknya karena untuk beberapa
jenis serangga, nimba bekerja dengan memutus daur perkembangbiakan serangga
tersebut. Nimba merupakan salah satu tanaman terbaik untuk digunakan karena
aman bagi manusia dan tidak menimbulkan banyak masalah bagi serangga yang
menguntungkan, khususnya predator hama. Dalam kondisi tertentu bahkan bisa
meningkatkan produksi ulat yang berguna! Keong/siput, nematode, lebah
penyengat, ulat, ngengat, penggerek daun, lalat, nyamuk, dan belalang adalah
beberapa jenis serangga yang dapat dikendalikan dengan nimba.
Cara
menggunakan nimba:
1.
Tumbuklah biji nimba dan masukkan ke dalam kantong kain. Masukkan kantong kain
ini dalam ember atau drum berisi air selama semalam. Gunakan 500 gr biji nimba
untuk tiap 10 liter air. Gunakan sebagai semprotan pada serangga hama dan
tanaman yang terserang. Biji nimba ini lebih efektif daripada daunnya.
2.
Ambillah segenggam besar daun nimba segar, lumatkan, dan masukkan ke dalam
seember air. Biarkan selama 2 hari, kemudian buanglah daunnya dan gunakan
sebagai semprotan.
3.
Keringkan segenggam penuh daun nimba, tumbuk, dan masukkan ke dalam air.
Biarkan selama 2 hari, saring dan gunakan sebagai semprotan.
4.
Semprotan nimba ini juga dapat dibuat dengan merendam biji nimba yang telah
dihancurkan dalam alkohol, atau membuat minyak dari biji nimba dengan
menggunakan suatu alat pengepres minyak. Metode ini lebih mahal namun dapat
menghasilkan produk yang lebih kuat.
SEMPROTAN
BAWANG PUTIH DAN CABE
Campur
3 biji bawang putih yang sudah dikupas dengan segenggam lombok dan rebuslah
dalam sepanci air. Tambahkan ¼ balok sabun, aduk rata kemudian biarkan selama
sehari. Saring cairan tersebut dan gunakan 2 cangkir larutan tersebut untuk
satu kali penyemprotan. Bawang putih merupakan sebuah insektisida, fungisida
dan penolak hama. Lombok juga merupakan sebuah insektisida dan penolak hama.
Sabun akan membantu semprotan untuk melekat pada tanaman dan serangga. Gunakan
larutan ini untuk aphid, cacing, ulat bulu, dan ngengat.
SEMPROTAN
DAUN PEPAYA
Kumpulkan
1 kg daun pepaya (sekitar 1 tas plastik besar), lumatkan, dan campurkan ke
dalam 1 liter air, lalu biarkan selama 1 jam. Saring dan tambahkan 4 liter air
lagi dan 1 sendok besar sabun. Semprotkan pada hama serangga. Semprotan pepaya
ini dapat digunakan untuk aphid, rayap, hama kecil, dan ulat bulu. Untuk rayap,
tumbuk buah papaya muda dan kumpulkan jus/ sarinya. Semprotkan langsung ke
rayap-rayap dan kayu-kayu yang rusak.
SEMPROTAN
SARI/JUS JAHE
Parut
segenggam penuh jahe dan masukkan ke dalam seember air. Biarkan selama sehari,
lalu semprotkan ke tanaman yang rusak untuk mengontrol larva ulat dan ulat
bulu.
SEMPROTAN
DAUN TALAS
Daun-daun
talas mengandung asam lisollic. Bila serangga memakannya, ibarat manusia merasa
makan pecahan gelas! Cara meraciknya, tumbuk 10 lembar daun talas dan masukan
dalam 3 liter air (½ ember), aduk dengan baik. Percikkan ke tanaman dengan
menggunakan sapu lidi. Pastikan masing-masing tanaman terciprat larutan ini
untuk perlindungan yang baik terhadap serangga.
SEMPROTAN
DAUN TOMAT
Daun
tomat merupakan insektisida alami dan fungisida ringan, dapat digunakan untuk
aphid, semut, cacing, ulat bulu, telur serangga, belalang, ngengat, nematoda,
lalat putih, jamur dan bakteri pembusuk.
Cara
membuatnya, masaklah 1 kg daun tomat dalam 2 liter air selama 30 menit,
tambahkan lagi potongan 2 genggam daun, batang dan buahnya, dan 2 liter air.
Aduk bahan-bahan tersebut, lalu biarkan selama
6
jam (½ hari). Saring dan tambahkan ¼ batang sabun. Semprotkan larutan ini
setiap 2 hari bila jumlah serangga, khususnya ngengat, cukup banyak.
Yah, jadi inilah beberapa hal yang
dapat kita ketahui dari pestisida alami, yang diamana pestisida alami ini juga
selain pembasmi hama pada tanaman juga beberapa diantaranya dapat dimanfaatkan
sebagai obat herbal. Dari pengetahuan ini juga kita dapat belajar bahwa apa
yang telah diciptakan di dunia ini, pasti memiliki manfaat yang saling
berhubungan antara sesame makhluk hidup.
Semoga apa yang telah disampaikan,
dapat menjadi bahan referemsi bagi pembaca dalam praktikum nyata yang akan
dijalankan. Semoga apa yang telah penulis tuangkan dalam artikel ini dapat
memberikan manfaat yang luas bagi pembaca.